SAAT MATA TAK MAMPU BERSAKSI
mata itu tak mampu lagi bersaksi
sandarkan hakim dunia, namun palu menyuap
menjadi pengadil hilang nurani
“siapa penyelubung keadilanku?”
maka, tergeletak layu tubuh itu
peroleh putusan menyesakkan: tak rela
kebenaran telah terkurung
tertutup rapat oleh tutur jaksa
dan beberapa saat
di depannya sang jeruji besi bisu
menyeretnya paksa
sampai ia tersadar
semua terasa pengab
Boyolali, Nopember 2006
ISTANA SUNYI
Istana itu selalu sepi
Ketika selimut fajar hendak tersenyum : sepi
Ketika terik mentari telah meninggi : sepi
Ketika matahari hendak keperaduan pun : sepi
Ketika senja kemerahan melayang pandang : sepi
Ketika tugas matahari diambil alih bulan, tetap saja : sepi
Istana itu seperti istana mati
Hanya satu, dua tubuh yang menjamahi
Tatkala subuh, hampir pasti tak berpenghuni
Tak tampak lagi wajah-wajah berseri di istana sepi
Semua berpuas diri terhadap taman duniawi
“wahai Engkau sang pemilik Istana raja
jangan kau timpakan malapetaka
maafkan segala khilaf sang pecinta dunia
pancarkan setetes karunia pada para bala tentara
agar semua tertunduk di singgasana Raja”
Boyolali, 26 Januari 2007
: teruntuk masjid-masjid tua yang tetap tegak dan tegar mesti manusia mendzalimi.
RAYUAN JIBRIL
Malam itu
diramadhan yang lalu
Ia menyendiri, sepi
diantara keramaian Quraisy
malam yang lalu
Jibril menghampirinya
sehingga gemetar tubuhnya dibuatnya
tersungkur, rapuh
namun jibril adalah pancaran cahaya-Nya
yang mendekapnya
dengan sayap-sayap Dzikirnya
perlahan
“bacalah” kata jibril seraya menyodorkan ayat-ayat yang tak ia mengerti
lidahnya telanjur kelu
gelap dan sepi telah membelenggu
dalam tubuh kasturinya
“aku tak dapat membaca” jawabnya lemas
“bacalah” jibril tersenyum padanya
membujuk rayu
hingga didapatinya
ayat-ayat suci keluar dari mulut lembutnya
Boyolali, 23 Januari 2007
baca juga : Ekspresikan dirimu dalam Puisi
puisinya mantap pak
semoga mata dan hati kita lebih bisa terbuka…
>>Amien…..!!
LikeLike
pertamax dulu 😆
>>kali ini bukan yang pertama, he..he..
keduluan ama mas yakhanu.(~_~)
LikeLike
puisinya…
bagus..
saya tidak bisa berkata-kata..
heu..heu.. maaf.. 😀
>>makasih!!
tapi jangan nangis ya
malu diliatin tamu yang lain, he..he..
LikeLike
subhanallah
puisi2mu itu sobat
amat mencerahkan 🙂
>>he..he..cuma iseng kok mas.
tapi klo diterima baik, alhamdulillah
LikeLike
satu kata:
Mantap!!!`
>>One word:
Thanks!!
LikeLike
Kapan aku bisa bikin puisi kayak gitu..
>>selama kita mau berusaha dan berlatih, keinginan itu akan menjadi realita. bahkan saya yakin mbak syifa bisa lebih baik membuat puisinya melebihi saya. insyaallah.
LikeLike
subhanallah puisinya indah nian…
>>tiada kata selain untaian syukur “alhamdulillah”, semoga yang demikian ini tidak lantas membuat siempunya blog terus bertambah besar kepalanya. ^_^
LikeLike
subhanallah…. puisinya menyentuh sekali 🙂
LikeLike
jika main kesini, selalu terpukau dengan keindahan kata-kata dari mas ahsin 🙂
>>ah, gak usah berlebihan lah, kita khan sama-sama lagi belajar.
LikeLike
tenang………
>>yup, slowly…slowly…!!!!
LikeLike
bagusssss bangettt
>>Thankssssss bangetttt…
LikeLike
Membuatku merenung, renungan panjang…
>>dipersilahkan tuk merenung…..
LikeLike
Salam
The poems from the soul within, so great brother.
>>Thanks, I still learn to make a poem.
It just a little poem, not a great poem.
but, I hope I can make a great poem next
Insyaallah….
LikeLike
AS.WR.WB….
sampean puisine maentep tenan , Subhanalloh mugo-mugo ….menungso podo mikir opo sak jane tujuane urip…
sampun kulo mboten saget ngendiko engkang katah-katah.
Akhir salam WR,WB.
LARE ……BOYOLALI KULON
>>wa’alaikumsalam wr.wb.
alhamdulillah. matur suwun pak doel sampun silaturahmi wonten blog kula.
injih, mugi-mugi lewat tulisan meniko, saget ngingatke kito dumateng gusti Allah engkang gawe urip. insyaallah. Amin
LikeLike
Wah…. ada tiga puisi tapi tidak terkait satu sama lain ya?? Hmmm…. saya ngomentarin yang pertama aja deh (sesuai judul utamanya):
Seharusnya memang lembaga peradilan menjadi sebuah lembaga independen yang berwibawa dan tidak tunduk kepada lembaga tertinggi di manapun di dunia ini…
Tapi di negeri ini lembaga tersebut tidak punya nyali sama sekali, apalagi kalau sudah berhadapan dengan uang dan kekuasaan, sepertinya lembaga peradilan sudah hilang wibawanya di negeri ini…..
Mudah2an pendapat saya itu salah ya…..
>>Pendapat pak yari gak salah kok. memang seperti itulah kurang lebih.
dari puisi tersebut saya juga mau menunjukkan, bahwa hukum dunia itu bersifat rapuh dan sementara serta sering gak adil. ada hukum yang lebih kuat, kekal dan tentu saja selalu adil yaitu hukum akhirat.
LikeLike
…
masih bingung karena ada tiga puisi 😦
—
Making my way downtown. Walking fast, faces pass. And I’m home bound…
>>don’t confuse, brother!!!. there is always a way to get something that you want. (gak nyambung ya…)
LikeLike
Mas Ahsin, anda tanggal 27 Mei yang lalu telah “bertandang” ke blog saya di http://iwandahnial.wordpress.com/
Trims.
Saya baru sempat sekarang “nyambangi” balik nice blog anda. Peace …
>>gak apa-apa, maklum pasti lagi sibuk ya….
terima kasih telah meluangkan waktu tuk berkunjung.
LikeLike
bulan puasa masih 2 bulan lagi, auranya terasa tlah ada.
>>duh, Ramadhan. semoga Allah mempertemukan kita pada dua bulan yang akan datang. insyaallah
LikeLike
salam….
semoga karyanya selalu seindah namanya..
dan namanya selalu seindah karyanya..
subhanallah…:)
>>Amin. insyaallah, mohon do’anya selalu.
sukron jiddan…!!
salam
LikeLike
subbehanallah….
maha suci allah…sungguh puisi di atas buat kita semua merenung…semoga kita para manusia terketuk hati nya untuk kembali ke jalan yang lurus…amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin
>>begitupun tuk yang ngebuat coretan diatas, semoga gak hanya pintar merangkai kata, tapi benar-benar mampu memaknai setiap kata yang tersirat didalamnya. Amin
LikeLike
Puisinya merasuk ke hati,…
mantaps,..tetap smangat 🙂
>>Tetap semangat!!!
LikeLike
jangan mudah pustus asa
jangan mudah menyerah
setiap mata akan tetap jadi saksi abadi
>>yup, kita mesti semangat…. semangat….dan tetap semangat!!!!
LikeLike
..wah.. keren… gak nyangka buaya yang pelupa bisa hasilkan orang dgn puisi2 tsb.. hehe..
>>”Buaya yang pelupa?”. afwan Mr., saya kurang paham siapa yang anda maksud.
but, thanks for your comment here.
LikeLike
siiip puisinya…..
>>Siiip atas kunjungannya!!he..he..
LikeLike
Subhanallah…
Smoga syair-syair Mas bisa terus menerangi jalan-jalan yang gelap seperti diriku…
>>Amin. insyaallah…..
terima kasih atas kunjungannya.
LikeLike
🙄 maap.. buaya yang pelupa kan sepertinya cikal bakal dari nama boyolali.. 🙂
>>Oh gitu ya, syukurlah…saya kira….(negative thinking)
maaf juga ya pak arief, karena sudah berpikir yang tidak-tidak.
pikiran saya tidak nyampe ke boyolali. he..he..
LikeLike