TOURING TO PACITAN


TOURING TO  PACITAN

Seru, mengesankan, melelahkan dan menguji kesabaran. Itulah kira-kira gambaran perasaan yang dapat saya tangkap dari sebuah perjalanan selama dua hari ke bukit pacitan. Sebuah perjalanan dalam usaha mencairkan pikiran setelah 2 minggu bergelut dengan soal-soal ujian semester, momentum ini sekaligus kami gunakan sebagai ajang bersilaturahmi, karena selain berwisata, kami juga mengunjungi rumah salah seorang dari teman kami.

Inilah perjalanan pertama saya ke daerah pacitan dengan mengendara sepeda motor. Sebuah perjalanan beratus-ratus kilometer dengan hanya berbekal uang 50.000 rupiah, yang mungkin hanya cukup tuk persediaan membeli bensin. Jadi gak perlu heran atau terkejut ketika perut ini berkali-kali melantunkan musik kelaparan. He..he…

Yup, touring to pacitan, demikian saya menamai perjalanan 48 jam ke daerah pacitan ini. Petualangan 11 anak muda dalam merefreskan kembali pikiran serta meleburkan hasrat tuk berwisata. Nah, kami Berangkat dari kampus sekitar pukul ½ 2 siang, berbekal perlengkapan seadanya, Kami pun melajukan kendaraan dalam terik matahari yang menyengat.…….

Sesuai tujuan awal, tujuan mula dari perjalanan ini adalah sekedar bersilaturahmi ke tempat salah seorang teman kami yang tinggal di Pacitan. Namun demikian, karena di pacitan ada beberapa objek wisata, gak ada salahnya jika kami mengunjungi beberapa objek wisata tersebut. Sekalian wisata katanya. Nah, sebelum sampai ketujuan utama, kami menyambangi beberapa tempat wisata. Tempat wisata pertama yang berhasil kami singgahi adalah bendungan waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Hanya sebentar kami disana, setelah sedikit mengambil gambar, kami pun melanjutkan perjalanan.

Tujuan wisata selanjutnya adalah objek wisata Pantai Teleng Ria. Namun, karena waktu asyar sudah tiba, dan jarum jam tepat menunjuk angka 3, kami pun mencari sebuah masjid untuk sholat asyar berjamaah, sama sekalian isi bahan bakar kendaraan.

Di masjid inilah kami menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, sholat asyar berjamaah. Sekaligus melepas lelah setelah perjalanan yang cukup melelahkan. Masjid ini bernama masjid Al Ittihad, sebuah bangunan megah yang tampak anggun dan bersih, sepertinya baru saja selesai dibangun.

Setelah selesai sholat asyar, perjalanan menuju pantai Teleng Ria dilanjutkan. Dalam perjalanan inilah nantinya kesabaran dan jalinan persahabatan kami benar-benar diuji. Rasa lapar sudah mulai terasa oleh perut kami. Meski demikian, tidak ada niatan sedikitpun dari kami untuk mencari warung makan, mesti sekedar roti atau minuman ringan, lagi-lagi karena kondisi keuangan kami yang memang hanya dipersiapkan untuk membeli bensin. Namun, disinilah kesan itu akan lebih tampak bermakna.

Seperti kita ketahui, daerah Pacitan adalah daerah pegunungan, dimana medannya berliku-liku, naik-turun dan tentu saja dengan tikungan yang tajam. Kondisi jalan yang demikianlah yang mesti kami lalui selama perjalanan ini. Karena kondisi yang demikian pula, salah seorang teman saya mesti menjadi korban ketajaman tikungan jalan di bukit pacitan. Mereka terpeleset dan jatuh di sisi jalan. Innalilaahi wa innailaihi raaji’un. (Sesungguhnya kita hanyalah milik Allah, dan kepadaNya pula kita akan kembali). Tapi alhamdulillah luka yang mereka derita tidak terlalu parah, hanya sedikit lecet dan spion kendaraan yang patah. Kami pun sepakat tuk melanjutkan perjalanan.

Tepat pukul 5 sore kami tiba di pantai Teleng Ria, dari kejauhan pemandangan pantai telah terlihat. Untuk bisa masuk ke lokasi wisata, Kami mesti membayar karcis sebesar 3000 rupiah per orang. Dari kejauhan pantai memang tampak elok dan indah, Namun sayang, rasa kecewa sedikit menyelimuti hati kami. Keadaan pantai yang kurang bersih dan terjaga menjadi penyebabnya. Kamipun enggan berlama-lama di pantai ini.

Mesti panggilan maghrib sudah sayup-sayup terdengar oleh telinga, namun kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Rasa lapar benar-benar sudah tak pertahankan. Namun entah kenapa, tidak ada satupun dari kami yang mencoba menyambangi warung makan.atau sekedar mengusulkan untuk mencari tempat makan. Yang ada hanya keluhan akan rasa lapar yang terdengar dari telinga berulang kali.

Gelapnya malam menjadi teman dalam perjalanan selanjutnya, malam semakin larut, bintang-gemintang mulai bermunculan di langit malam. Subhanallah, Indah sekali. Ternyata keindahan langit malam tak membuat hati kami terasa tentram, masih ada yang menjadi beban dan terasa mengganjal dalam hati, sholat mahgrib. Ya, kami belum sholat maghrib. Senja kemerahan sudah hilang melesat ditelan malam, namun sebuah mushola tak jua kami temukan. Yang terjadi malah sepeda motor yang dikendarai salah seorang dari teman saya bocor.alias kempes. Terpaksa lah sepeda motor mesti dituntun, sedangkan maghrib semakin menuju penghabisan. Perut semakin ganas berulah. Untung saja salah seorang teman mendapatkan pompa, sehingga ban sepeda motor dpt diisi angin untuk sementara waktu, sehingga dapat dikendarai.. setelah berjalan cukup lama, bersama pekatnya malam, Alhamdulillah, kami menemukan sebuah mushola kecil di samping perkampungan warga, kami memutuskan untuk sholat maghrib di sana. Tapi sungguh sayang, karena kami tidak menemukan air tuk berwudhu. Sebuah fakta, disana air langka, warga mesti mengeluarkan rupiah untuk mendapatkan air bersih. Masyaallah…..Sesuai informasi dan petunjuk dari warga setempat, kami disarankan untuk sholat di masjid kampong tetangga, yang katanya jaraknya gak terlalu jauh dari kampong tersebut, selain itu ia juga memberitahukan bahwa gak jauh dari masjid tersebut ada sebuah bengkel kecil.. Akhirnya perjalanan malam kami lanjutkan. Ukuran dekat yang disampaikan oleh warga tadi, ternyata tidaklah sama dengan ukuran dekat yang mesti kami lalui, karena ternyata kami mesti menempuh jarak yang masih cukup jauh dan naik turun. Masih dalam kondisi yang sepi, dan ditengah-tengah hutan Sekali lagi kesabaran kami benar-benar diuji.

Singkat cerita, akhirnya kami menemukan tempat yang kami cari, sebuah bengkel kecil dengan peralatan yang secukupnya, dan benar saja gak jauh dari bengkel terebut terdapat sebuah mushola kecil yang berada gak jauh dari rumah penduduk. Jarum jam telah menunjukkan jam ½ 7 lewat 10 menit. Berarti hanya tersisa waktu kurang lebih 10 menit untuk sholat maghrib.

Disinilah masjid tempat kami menunaikan sholat maghrib dan isya. Lagi-lagi yang teucap dari lisan sahabat-sahabat saya adalah lapar…lapar….dan lapar…., sehingga mereka dah gak sabar untuk sampai di rumah teman kami. Dengan harapan tersedia menu makanan yang lezat disana, he..he

Setelah ban selesai ditambal, perjalanan panjang mesti dilanjutkan kembali. Dan sungguh, perjalanan ini dapat dikatakan sebagai sebuah petualangan yang penuh halang rintang. Mengapa? Karena untuk bisa sampai ke rumah teman kami pun, ada saja rintangan yang mesti kami lalui, dan rintangan itu adalah medan yang terjal dan berbatu-batu. Jalan yang sempit, berlubang-lubang dan naik turun benar-benar menantang. Tak jarang kami mesti turun dari kendaraan saat menemui jalan yang naik dan berbatu-batu. Perjalanan malam itu sungguh mengesankan, sekaligus melelahkan.

Singkat cerita, setelah melewati jalan yang berbatu-batu dengan jarak berpuluh-puluh kilometer, akhirnya kami sampai ditempat tujuan.. Alhamdulillah……. Kami tiba di rumah teman kami sekitar pukul ½ 9 malam. Tiba, masuk dan duduk-duduk, eh…. Tidak berapa lama singkong dan kacang goreng tersaji dihadapan kami, subhanallah nikmatnya. Karena lapar yang telah memuncak, tidak ada rasa malu pada diri kami tuk menyantap habis hidangan tersebut. Benar-benar seperti orang yang tidak makan selama 2 hari. He..he… Setelah hidangan habis, kami diajak untuk ke dapur dan menyantap menu utama nasi, sayur berkuah dan tempe. Setelah penyakit lapar dapat terobati, acara selanjutnya adalah memejamkan mata dalam dekapan selimut. Selamat tidur. Zzzttt…..zzzttt……

## ##

Esoknya, setelah sebentar menghirup udara segar, menikmati sejuknya alam pacitan dan sarapan pagi, 11 petualang melanjutkan perjalanannya.

Di hari kedua ini perjalanan alhamdulillah berjalan lancar, tujuan selanjutnya adalah ke Goa Gong. Goa Gong adalah salah satu tempat wisata yang paling terkenal di Pacitan. Tempat wisata ini terletak di desa Bomo kecamatan Punung.objek wisata ini terkenal dengan ornament stalaktit dan stalagmitnya yang indah dan mampu memukau wisatawan ini. Maka dari itu, tak berlebihan kiranya jika goa ini dinilai sebagai goa terindah di kawasan Asia Tenggara. Setelah cukup lama memandang keindahan stalaktit dan stalakmid di dalam goa, selanjutnya….lannnjutttt……..

Di bawah ini adalah beberapa foto yang dapat kami ambil dari dalam goa. Meski gambarnya gak jelas, tapi tidak mengurangi keelokan stalaktid dan stalakmid dalam goa.

Setelah istirahat sebentar untuk sholat jum’at, kami memutuskan untuk pulang lewat Yogyakarta, sekalian mencari tempat makan di sana. Mencari tempat makan yang paling murah sedunia, he..he…sekedar untuk mengganjal perut yang sudah mulai merasakan lapar kembali. Dalam perjalanan pulang, beberapa tempat wisata kami lalui diantaranya adalah taman makam pahlawan, kebun binatang Gembiroluko, beberapa museum, serta candi prambanan. .

Saya sampai dirumah sekitar pukul 8 malam karena sebelumnya singgah di kos teman sebentar sekedar tuk melepas penat setelah mengendara sepeda motor berjam-jam lamanya. Akhir cerita, sampailah saya di kampong halaman dengan selamat sejahtera, tiada kekurangan sesuatu apapun. Alhamdulillah……

Tamat

Published by

muhsinsakhi

lahir di sebuah perkampungan kecil di Boyolali tepatnya di desa Sambiroto, Sindon, Ngemplak, Boyolali. Mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah Surakarta jurusan FKIP Bahasa Inggris. Saat ini berprofesi sebagai pengajar di SD Al-Azhar Syifa Budi Solo. Tergabung dalam komunitas menulis FLP Solo Raya. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi bersama seperti “Kapur dan Papan: Kisah Menjadi Guru” (2015), “Dupa Mengepul Di Langit” (2015), “Kapur dan Papan: Mendidik dengan Hati” (2016), “Ensiklopedi Penulis Nusantara” (2016), “Ketika Buku Berkisah Tentang Aku” (2016), “Bayang Terang Pendidikan” (2018) dan “Kaki Api” (2018) serta buku solo yang baru terbit tahun ini berjudul “Catatan Di Balik Ruang” (2020)

20 thoughts on “TOURING TO PACITAN”

  1. Kalo pacitan, setau saya temen saya pernah melakukan ekspedisi ke luweng jaran…

    Goa terdalam se-….(lupa saya)
    Karena divisi saya dulu (di PA) bukan caving jadi sy g bisa ikut

    >>waduh, saya kok gak tahu ya. di buku pedoman wisata pacitan pun tak ku temukan goa luweng jaran. mungkin saya yang kurang teliti mengamati.

    Like

  2. gila, ternyata bagus banget yah….. walopun gema namanya gak terlalu besar, ternyata menyimpan sejuta keindahan…..

    >>PR pemerintah dan kita semua, masih banyak objek wisata yang sebenarnya berpeluang menarik wisatawan, baik domestik maupun manca negara, tapi karena publikasi dan promosi yang kurang, menjadikan objek wisata tersebut sepi pengunjung.

    Like

  3. Petualangan yang seru banget. 🙂
    Boleh tuh kapan-kapan berpetualang di Kebumen. Di sana juga ada pantai dan goa. 🙂

    >>kayaknya boleh di coba tuh,
    nanti klo dah nyampe di kebumen jangan lupa di sediain menu yang lezat ya…he..he…
    “ngarep”

    Like

  4. Lha, kok komenku double? 😀
    Sekarang malah bikin hattrick.. 😀

    >>lho bagus dong. jarang-jarang yang bisa bikin hetrijkkkk dengan dua tendangan yang sama.
    Salut!!!!

    Like

  5. asyik juga petualangan serunya nih

    emang kota 1001 goa katanya ya.

    >>ehm, mungkin?
    kurang tahu dek. coba deh nanti tak tanyakan ke anak pacitannya.

    Like

  6. Startnya dari mana, Mas? Ceritanya yang agak detil dong biar kita lebih bisa membayangkan suasananya…

    >>(smile…..!!!)

    Like

  7. Eh, maaf. Tadi aku baru buka dikit, jadi belum lihat semua…Anggap aja komen di atas tidak ada…Maaf

    >>gak apa-apa lagi mas, saya juga sering gak teliti saat kasih komentar.
    bagian dari sifat manusia. so, enjoy aja!!!

    Like

  8. Wah, guanya bagus banget…Kalau medannya tidak berat pasti sudah laris didatangi turis. Kalau masih seperti sekarang, pasti turis akan berpikir dua kali untuk ke sana. Kecuali bagi petualang seperti Anda semua…Selamat deh…

    >>yah namanya juga daerah pegunungan mas, mau gimana lagi!!
    tapi untuk menuju goanya juga gak terlalu susah kok. jalannya sudah mulus……
    tantangannya hanya naik-turun dan tikungan tajam.

    Like

  9. pacitan ama tulungagung sebelah mana ya?

    tapi, siip bagus kok pemandangan di pacitan sana. hehehe…liat dari hasil jepretan antum.

    >>Pacitan ama tulung agung sebelah mana ya?
    saya gak terlalu hafal daerah di jawa timur.
    ada yang mau kasih tahu?

    Like

  10. Kalo ndak salah, Pacitan dikelilingi gunung-gunung ya?
    jadi ndak bisa dilewati kereta api…

    Presiden SBY juga dari sana 😀

    >>Oo.., saya baru tahu mas, klo pak SBY juga berasal dari pacitan.
    sepanjang jalan yang saya lalui, saya memang gak pernah melintasi rel kereta api.
    mungkin memang gak ada kali. entahlah…

    Like

  11. Subhanallah… banyak daerah-daerah di Indonesia yang layak dikunjungi sebagai tempat pariwisata,tapi tidak pernah diekspos…
    Ternyata Pacitan itu menarik juga ya…
    Temen satu kos waktu kuliah dulu berasal dari sana

    >>sebenarnya pacitan hanya satu dari sekian banyak tempat wisata yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah. semoga dengan program pemerintah “Indonesia Visit year 2008” menjadi awal kemajuan wisata Indonesia.

    Like

  12. Perjalanan yang mengesankan sama seperti perjalanan hidup manusia ya, perlu kesabaran smpai menuju tempat indah yang dinanti

    >>Semoga Allah SWT selalu melapangkan jalan kita dalam menghadapi berbagai rintangan hidup ini. Amin

    Like

Leave a reply to fairuzdarin Cancel reply