Ia Bersandar Dalam Tengadah

Wajah-wajah sayu itu…
duduk tengadah di gerbang-gerbang utama
terdiam ringkih dalam balutan usia yang mulai menua
mereka….
mempertahankan setiap aliran nafas
dengan bergantung pada tangan-tangan derma
saat tangan-tangan itu terus bersambut
di atas tangan-tangan mereka
maka tarikan nafas itupun sejenak mampu bertahan
dengan kehendak-Nya
namun, saat kosong dalam tengadahnya
ia pun tak berdaya atas segalanya
pasrah…..
10 Agustus 2008
Like this:
Like Loading...
Related
Published by
muhsinsakhi
lahir di sebuah perkampungan kecil di Boyolali tepatnya di desa Sambiroto, Sindon, Ngemplak, Boyolali. Mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah Surakarta jurusan FKIP Bahasa Inggris. Saat ini berprofesi sebagai pengajar di SD Al-Azhar Syifa Budi Solo. Tergabung dalam komunitas menulis FLP Solo Raya. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi bersama seperti “Kapur dan Papan: Kisah Menjadi Guru” (2015), “Dupa Mengepul Di Langit” (2015), “Kapur dan Papan: Mendidik dengan Hati” (2016), “Ensiklopedi Penulis Nusantara” (2016), “Ketika Buku Berkisah Tentang Aku” (2016), “Bayang Terang Pendidikan” (2018) dan “Kaki Api” (2018) serta buku solo yang baru terbit tahun ini berjudul “Catatan Di Balik Ruang” (2020)
View all posts by muhsinsakhi
tetapi hidup terus berjalan…..
>>Dan biarkan ia terus berjalan, mengikuti aliran air sungai.
LikeLike
semoga kehidupan ini lebih bermanfaat….
>>Amin..ya Robbal ‘alamin.
LikeLike
antum sering merangkai kata akhi Muslim…
teruskan ya!
Tapi jangan lupa menuntut ilmu juga, ngaji kepada para asatidz yang berilmu. semoga kita diberikan hidayah-Nya selalu.
>>Insyaallah Akh, do’anya agar diri ini senantiasa dilapangkan oleh Allah tuk semangat menuntut ilmu.
LikeLike
subhanallah !!!
umur boleh terus lanjut tapi semangat tetep berkobar !!
>>So, keep your spirit guys!!!
bukan begitu?
LikeLike
hidup yang sekali ini harus bermanfaat.
>>Yup, setuju. hidup ini kudu diisi dengan sesuatu yang bermanfaat
LikeLike
Ketika umat manusia berbondong-bondong mencari cinta ILLAHI..sesungguhnya di jiwa-jiwa yang menahan lapar , ditangan-tangan yang mengadah..cinta ALLAH hadir dan bersemayam.
>>Sungguh beruntung mereka yang didalam hati mereka, cinta Allah senantiasa hadir dan bersemayam.
semoga kita salah satunya.
LikeLike
Subhanallah
dalam
>>Apanya yang dalem mas Achoey?he..he…
biasa saja kok mas. malah coretan sampean yang saya kira benar-benar dalam dan berisi.
LikeLike
assalam…
kenapa aku gak bisa bikin puisi yang bagus yah??
🙂
>>jangan bilang tidak bisa mas, cukup katakan “belum bisa”. karena untuk bisa itu masih terbuka lebar, jika kita terus berusaha dan sabar.
tapi saya yakin kok sebenarnya mas Yakhanu bisa. hanya mungkin belum mau mencoba saja.
LikeLike
>>Amin, Insyaallah. dan kita ikhlas karenaNya.
LikeLike
pasrah..?
hidup penuh perjuangan
rencanakanlah hari ini untuk esok
janganlah bersembunyi dalam bayangan
tampillah dengan gagah berani dan jangan kapok
salam.
LikeLike
kadang apa yang kita anggap penting ternyata hanya hal-hal kecil
kadang kita kekanak-kanakan
saat mengatakan kita orang2 dewasa
LikeLike
Salam
Baiknya seorang muslim mencintai kematian layaknya orang kafir mencintai kehidupan *Oh bisakah? *
LikeLike
Nice poetry!
Mengarungi samudera kehidupan, kita ibarat pr pengembara.
Hidup ini adalah perjuangan.
Tiada masa tuk berpangku tangan.
LikeLike
yakinlah
ketidak berdayaanmu adalah
cara berdekatan dengan penciptamu
karena pasti
tengadahmu
adalah keterpaksaan yang engkaupun tak harapkan
>>Subhanallah….
tiada ku bisa berkata-kata yang begitu menyejukkan seperti yang bapak ungkapkan.
semoga Allah mengampuni dosa-dosa ini.
LikeLike