Baitullah, Do’a Yang Menembus Petala Langit


70765907_2456387824384028_6814981843020939264_nAllah memanggil mereka yang memang Allah SWT kehendaki. Memampukannya dengan cara yang bahkan manusia tidak sangka-sangka. Ketika sang hati memendam rindu begitu lama, kuasa ilahi pun yang pada akhirnya menjadi penawar. Kun fayakun. ‘Mantra’ Ilahi terucap, yang tidak mungkin berubah menjadi mungkin. Yang susah menjadi mudah. Keajaiban kecil pun tercipta. Masyaallah, luar biasanya Allah Ta’ala.”

               Entah bagaimana saya harus mendeskripsikan rasa syukur dan bahagia saya ketika itu. Ketika Allah SWT berikan kejutan indah di awal muharram. Hati berdebar tidak karuan. Antara percaya dan tidak percaya. Air mata pun mulai menggenang di kedua mata. Berulangkali ku usapnya, namun entah kenapa butiran bening itu terus saja menetes. Seolah tidak mau diajak kompromi. Ucapan selamat dari para teman seperjuangan makin membuat hati ini tak mampu menahan haru. Sujud syukur kulakukan. Kemudian sejenak menarik nafas, berusaha menenangkan hati.
Laa haula wa laa kuwwata illaa billah. Tidak pernah terbayangkan Allah SWT akan memanggil saya ke rumahNya secepat itu. Bayangan tentang baitullah tiba-tiba semakin sering berkelebat. Rasa rindu pun makin membuncah. Sejuta syukur memenuhi ruang hati. Membuatnya gerimis untuk kesekian kali. “Fabi ayyi aala irobbikumaa tukadzhiban.” Sepenggal ayat dari surat teristimewa pun melantun lirih dari lisan ini. Sungguh Allah Maha Baik. Allah Maha Baik.
Thanks to Allah The Almighty. Setiap ketetapanMu menjadi media pembelajaran yang tidak ternilai harganya. Semakin kuat keyakinan bahwa kuasaMu begitu besar. Engkau akan memampukan mereka yang Engkau kehendaki. Memudahkan setiap langkah kaki mereka yang bersungguh-sungguh di jalan-Mu. Ada do’a ibu yang selalu terpanjat di sepertiga malam. Senandung lirihnya menembus petala langit. Allah Maha mendengar. Allah ijabah setiap do’a yang terlantun dari lisannya. Impian beliau agar bisa melihat Ka’bah pun semakin dekat. Labbaik Allah humma labbaik..
Semoga Allah SWT memampukan kita semua untuk menapakkan kaki di Baitullah. Memandang lekat ka’bah. Bersimpuh dihadapanNya. Merendahkan diri yang serendah-rendahnya untuk memohon rahmat dan ampunan. Aamiin

 

Advertisement

Published by

muhsinsakhi

lahir di sebuah perkampungan kecil di Boyolali tepatnya di desa Sambiroto, Sindon, Ngemplak, Boyolali. Mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah Surakarta jurusan FKIP Bahasa Inggris. Saat ini berprofesi sebagai pengajar di SD Al-Azhar Syifa Budi Solo. Tergabung dalam komunitas menulis FLP Solo Raya. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi bersama seperti “Kapur dan Papan: Kisah Menjadi Guru” (2015), “Dupa Mengepul Di Langit” (2015), “Kapur dan Papan: Mendidik dengan Hati” (2016), “Ensiklopedi Penulis Nusantara” (2016), “Ketika Buku Berkisah Tentang Aku” (2016), “Bayang Terang Pendidikan” (2018) dan “Kaki Api” (2018) serta buku solo yang baru terbit tahun ini berjudul “Catatan Di Balik Ruang” (2020)

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s