Buku, Film dan Sastra


buku sastraJika pada akhirnya aku hidup diantara deretan buku, itu adalah takdirku. Jika kemudian aku hanyut ditengah layar lebar yang menyuguhkan segudang cerita, itu pilihanku. Dan ketika aku terjebak di dalam dunia yang begitu asyik memaknai, merenungi dan menguliti sajak, aku lebih senang mengatakan bahwa ada yang menuntunku kearah sana.

Buku, film dan sastra adalah tiga hal yang membentuk karakter dan cara pandangku terhadap kehidupan. Mungkin lebih tepatnya, mengajarkanku memaknai setiap scene yang diciptakan oleh Tuhan. Ada makna yang mengalun lembut dari baris kata yang tertuang. Ada ketulusan untuk berbagi kisah dan kasih lewat lembar-lembar kertas. Ada cinta yang mengiringi setiap gores sajak yang mereka ukir. aku belajar tentang keikhlasan, keindahan, kejujuran dan  kebijaksanaan. Semakin banyak ilmu yang kita dapat, akan menjadikan kita semakin bijak dalam bersikap. Pada akhirnya seonggok daging yang semakin menua ini semakin menyadari betapa ia begitu kecil dihadapan Tuhan.

Ada yang bilang, jangan engkau asyik bercengkrama dengan sastra. karena ia hanya akan membuatmu lalai dari mengingatNya. Bagiku sastra adalah cermin keindahan Tuhan. Tuhan itu indah dan mencintai keindahan. Lewat sastra aku belajar tentang kebermaknaan dari berbagai sudut pandang. Sastra adalah miniatur kecil sebuah pentas kehidupan yang menyuguhkan segudang pembelajaran hidup. Kita dituntut untuk mengambil pelajaran dari setiap scene yang dilakonkan.

Buku, film dan sastra. mereka sekedarlah kawan yang mengajarkanku banyak hal. Teman berbagi cerita.

Advertisement

Seuntai Kata bernama ‘Kematian’


senandung kematian

Senin, 5 September 2011

12.30. Malam ini entah kenapa aku ingin mengingat mati. Satu fase kehidupan yang pasti akan dialami setiap makhluk yang bernyawa. Aku, engkau bahkan semut kecil sekalipun. Aku membayangkan diriku terbujur kaku, hanya berbalut selembar kain kafan putih. Tidak ada kemeja kesayangan, kalung, cincin, atau sepatu keluaran terbaru yang sering kita pakai.  Hanya sendiri, gelap dan sepi. Lambat laun, rupa yang kita bangga-banggakan saat masih muda dulu, perlahan remuk, membusuk, dipenuhi belatung yang mencari santapan makan malam. Hingga tinggal tersisa tulang belulang yang menunggu giliran untuk lenyap. Kembali kebentuk asal. Tanah.

Continue reading Seuntai Kata bernama ‘Kematian’

Ku Sambut Ramadhan dengan Luka


Ku Sambut Ramadhan Dengan Luka

 

Hari-hari menuju mihrab kemuliaan semakin dekat. Meski masih 7 hari lagi, namun senandungnya sudah mulai berirama di hati. Menimbulkan kerinduan yang teramat sangat untuk segera bersua. Berbahagia bersama dalam lapar, bersyukur dengan nikmat berbuka, mengumandangkan ayat-ayat mulia, bercengkrama dengan Illah di malam buta, bertarawih, mengisi keringnya hati dengan untaian hikmah para ulama’, serta mempererat tali ukhuwah diantara sesama. Subhanallah, rindu semakin tak tertahankan.

Continue reading Ku Sambut Ramadhan dengan Luka

Hal Terpenting Dalam Menulis


Hal Terpenting Dalam Menulis

Muhammad Faudzil Adhim adalah salah satu penulis yang tulisannya banyak memberikan inspirasi bagi hidup saya, termasuk inspirasi tuk menjadi seorang penulis. Tulisannya yang inspiratif dan menggugah serta pilihan kata yang menyentuh jiwa membuat setiap orang yang membaca tulisannya akan berpikir dan merenung menyelami keindahan isinya. Sehingga tak jarang, buku-buku yang telah ia telurkan laris manis dipasaran alias menjadi best seller.
Continue reading Hal Terpenting Dalam Menulis