Langkah Praktis Menuntut Ilmu


Langkah Praktis Menuntut Ilmubuku.jpg 

“ mencari ilmu adalah sebuah kewajiban bagi semua muslim. Tinta para sarjana sama dengan darah para syuhada.”( Al Hadist ) 

            Islam memandang ilmu sebagai pandangan hidup bagi manusia dalam menjalani kehidupan agar tetap dapat berlandaskan pada al-Qur’an dan as-sunah. Melihat begitu pentingnya ilmu bagi kehidupan manusia, tak salah jika Islam benar-benar menempatkan ilmu pada kedudukan yang mulia serta menjunjung tinggi nilai keilmuan. Bukanlah amal sholeh yang mengantarkan manusia menuju surga, melainkan ilmu. Seseorang ingin sukses di dunia dan akhirat, caranya adalah dengan ilmu. Dalam al-Qur’an dan as-Sunah ilmu telah di jabarkan secara jelas dan terperinci, mulai dari keistimewaan, faidah sampai keutamaan orang penuntut ilmu.

Imam al Ghozali mengatakan bahwa seluruh manusia akan binasa kecuali yang mengamalkan ilmunya dan orang yang mengamalkan ilmunya akan binasa kecuali dengan ikhlas.

Nah, jadi semakin tambah jelaskan, bahwa menuntut ilmu saja tidak cukup,  perlu syarat-syarat tertentu agar ilmu tersebut bermanfaat, baik bagi si penuntut ilmu maupun orang yang ada di sekitarnya. Dapat pula dikatakan bahwa menuntut ilmu tidak saja sekedar sebuah kewajiban tetapi lebih pada bagaimana kita menempatkan ilmu pada pada posisi yang tepat dalam kehidupan. Dan di sini adalah dengan cara menuntut ilmu dengan ikhlas dan tujuan yang jelas. Yaitu semata-mata mengharap ridho Allah Tabarok wa Ta’ala.

Seperti halnya membuat kue, menuntut ilmupun memerlukan sebuah proses dan tahapan-tahapan tertentu, pertama, menuntut ilmu haruslah diam. Loh kok?  Nanti dulu, yang dimaksud diam di sini adalah diam dalam rangka mencapai keseriusan, sehingga mampu membuka jalan untuk berpikir. Sehingga ilmu akan mudah di raih. Dengan berpikir yang tenang akan mampu menimbulkan hati yang tenang dan damai.

George Bernard Shaw mengatakan, seorang manusia yang berpikir dan mengetahui cara berpikir selalu dapat mengalahkan sepuluh orang yang tidak berpikir dan tidak mengetahui cara berpikir. Dengan demikian untuk berpikir tenang seseorang meski diam sehingga ketenangan senantiasa tercipta.. Ingatlah, banyak diam itu berpikir, banyak bicara itu penyesalan (Socrates).

Proses yang kedua adalah dengan mendengarkan, yaitu mendengarkan dengan tekun, teliti dan sungguh-sungguh. Untuk dapat mendengarkan dengan teliti dan tekun seseorang haruslah dapat bersikap tenang, yang di sini salah satunya dapat diperoleh dengan diam. Dengan demikian, apa yang di dengar dapat menjadi sumber inspirasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Perlu di ingat, ketika mendengar jangan hanya dari satu pihak saja, melainkan dari dua pihak atau lebih agar yang di dengar menjadi terang, jelas dan tidak terdengar gelap.

Proses selanjutnya adalah paham dan hafal. Setelah memposisikan diri pada kondisi tenang yang di ikuti dengan mendengarkan secara tekun dan teliti, langkah selanjutnya adalah memahami dan menghafal ilmu yang telah diperoleh. Untuk memahaminya perlu mendengarkan secara teliti ssehingga akal dapat menangkap materi yang diperoleh dan kemudian menyimpannya dalam memori otak. Sedangkan untuk menghafal ada pula caranya, yaitu dengan mencatat hal-hal pokok dan kemudain membacanya berulang-ulang. Sehingga otak dapat mencerna materi dan menyimpannya dalam otak.

Yang terakhir adalah dengan mengamalkan ilmu tersebut. Apa yang diperoleh haruslah diamalkan sehingga memberikan kemaslahatan bagi umat. Dengan mengamalkan ilmu, berarti tujuan dari menggapai ilmu telah terlaksana. Saudara ingat, bahwa ilmu merupakan kekuatan. Suatu ilmu akan menjadi kekuatan jika telah melalui proses diatas dan tidak terlepas dari landasan utamanya yaitu ikhlas. Sehingga manusia hidup di dunia landasannya adalah ilmu. Tanpa ilmu  manusia akan menemui jalan kesesatan, maka dari itu, raihlah kebahagian hidup dengan menggapai ilmu secara terus-menerus sampai sang pelenyam kelezatan datang.

“ Ilmu membawa pemiliknya pada kebahagiaan, tidak mengurangi ketinggian derajat dan kemuliaannya. Bersungguh-sungguhlah dalam menghafal dan mempelajarinya, berlelah-lelahlah yang lama guna menghimpunnya, dan terus-meneruslah mengikat ( Menulis ) dan meriwayatkannya, kemudian beralihlah untuk memahaminya.” ( Abdul Walid Al Baji )

Advertisement

Published by

muhsinsakhi

lahir di sebuah perkampungan kecil di Boyolali tepatnya di desa Sambiroto, Sindon, Ngemplak, Boyolali. Mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah Surakarta jurusan FKIP Bahasa Inggris. Saat ini berprofesi sebagai pengajar di SD Al-Azhar Syifa Budi Solo. Tergabung dalam komunitas menulis FLP Solo Raya. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi bersama seperti “Kapur dan Papan: Kisah Menjadi Guru” (2015), “Dupa Mengepul Di Langit” (2015), “Kapur dan Papan: Mendidik dengan Hati” (2016), “Ensiklopedi Penulis Nusantara” (2016), “Ketika Buku Berkisah Tentang Aku” (2016), “Bayang Terang Pendidikan” (2018) dan “Kaki Api” (2018) serta buku solo yang baru terbit tahun ini berjudul “Catatan Di Balik Ruang” (2020)

2 thoughts on “Langkah Praktis Menuntut Ilmu”

  1. Dan ilmu itu bukan untuk “debat-berdebat”, tetapi untuk diamalkan. Pengamalannya untuk kemashlahatan umat. Bukan menciptakan suasana “kegaduhan” baru.

    >>Setuju sekali, simbah!!! hebat nian ni si simbah. siapa yang punya ya, he..he..

    Like

  2. kalo boleh menambah satu lagi bro….
    sebagaimana kata sahabat Ali ra: “dan ikatlah ilmu dengan cara menuliskannya..”
    misalnya dengan bloging kali ya.. 🙂
    jazakallah tuk inspirasinya bro..!!!

    >>Siiip, itu pula yang menjadi motivasi saya untuk menulis.
    “mengikat ilmu”.
    JAzakallah khoir tuk silaturahminya.

    Like

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s